Kamis, 22 Desember 2016

LEARN interpret PHILOSOPHY "GIVE AND RECEIVE"

VERSI INDONESIA ADA DIBAWAH
Generally we are happy to get something, but be sad if something that we have reduced. It is human feelings. However, along with the level of our spiritual development, so the condition is reversed. When an already growing his spiritual soul, the source of pleasure and happiness is in giving, not receiving. The people are great, which goes beyond the success of his world, will tend to be spiritual, because of what he dreamed is always less. A lot of money, personal reputas, a growing business, jetset relation to all dream of many people, is a reality. Yet they always feel less and less.

When they focus on spiritual development, he began to feel that what he pursued so far, only bring temporary pleasure, but when she touched spiritual values, he gained an intrinsic happiness. Do not be surprised, how Bill Gates, the richest man in the world number one, now has a new hobby, are donating a lot of money to social foundations, donors as well as houses of worship. Bill Gates has been very successful on an international scale, and the more successful he is spiritually when he could share in others.

Not only Bill Gates, even millions of other entrepreneurs have also begun to shift their priorities to become more spiritual. Physical wealth is important but spiritual wealth is more important, because of physical wealth is only limited to providing only short term pleasure, but spiritual richness provides both the pleasure and happiness.

There is an interesting phenomenon of the meaning of giving and receiving. Nothing gets pleasure when you receive, and the amount of this type of majority, perhaps 99%, but only 1% who get happiness and pleasure as he gives. Giving version received was two verbs which is opposite the left brain, right brain, but it is corroborated. The left brain says, if you give the treasure must be reduced, therefore do not give. But the right brain says, share it with others, because what you give God will multiply in the future.

This is the difference between left-brain thinking (physical) and right brain (spiritual), they are contrasts the sense of giving it. Actually, the way of thinking left brain is physical and negate the role of God. Not surprisingly, atheists God is money. They are very stingy against the money they have, until very difficult to share with one another. People who spiritualists contrary, he had a lot to give, start giving money to the knowledge of many people, and in fact prosperous, full of tranquility and happiness.

There is nothing wrong in giving and receiving, which is wrong to not want to give most of the fortune entirely on sesame, whereas in religion we are encouraged to give each other for each other. Giving it resembled blood donation. Those who want to share in sesame blood, his body will be more healthy and fresh. Blood, which he gave to others, will be replaced by new fresh blood from the body system. Imagine if the blood is money, while the systems of the body is a universe, when we give a portion of our money on people incapable in considerable amounts, then the universe would replace that money out the new premises of money in the form of good fortune.

This is the essence of the meaning of giving. The Bible and almost all holy book of any religion insists whoever gave the goodness of God will multiply to 2, 10 to 100 goodness, even kebagikan infinite from the unexpected direction. Speaking of math humans, the left hemisphere is king, but the math talk Creator, the right brain is the king. Remember always, human mathematics was nothing with math God, and God is Rich. He will multiply the wealth of its inhabitants on creatures who want to share and give to other fellow beings. And this is an inevitable fact. Benefactor always given protection from crime, disease and dimurahkan fortune from the unexpected direction, abundant indefinitely.

Let budayakan art of giving to life, because this art is sacred and worthy of praise. The wise man says: "We live from what we have, but we get the life from what we give" in other words, if we do not want to give it the meaning of life in this life will not get. We would like an animal, live to eat, not eat to live. And no philosophical side behind such a materialistic life. Achieve a life full of spiritual then physical life will be fulfilled by itself. Salam education.


BELAJAR MEMAKNAI FILOSOFI “ MEMBERI DAN MERIMA”

Umumnya kita senang jika mendapatkan sesuatu, namun menjadi sedih jika sesuatu yang kita miliki berkurang. Ini adalah perasaan manusiawi. Namun, seiring dengan tingkat perkembangan spiritual kita, kondisinya jadi berbalik. Ketika seorang sudah menumbuhkan jiwa ruhaninya, maka sumber kesenangan dan kebahagiaannya ada pada memberi, bukan menerima. Orang-orang besar, yang sudah melampaui kesuksesan dunianya, akan cenderung bersifat spiritual, karena apa yang ia impikan selalu bersifat kurang. Uang yang sangat banyak, reputas pribadi, bisnis yang berkembang, relasi jetset hingga semua impian banyak orang, sudah terwujud. Namun mereka selalu merasa kurang dan kurang.

Ketika mereka memfokuskan pada perkembangan ruhani, ia mulai merasa bahwa apa yang ia kejar selama ini, hanya mendatangkan suatu kesenangan sementara, tapi ketika ia sentuh nilai-nilai ruhani, ia mendapatkan suatu kebahagiaan yang hakiki. Tak usah heran, bagaimana Bill Gate, orang terkaya nomor satu di dunia, kini punya hobi baru, yaitu mendermakan banyak sekali uang ke yayasan social, donator serta rumah ibadah. Bill Gate sudah sangat sukses skala internasional, dan ia makin sukses secara spiritual ketika ia bisa berbagi pada orang lain.

Bukan hanya Bill Gate, bahkan jutaan pengusaha lainnya juga sudah mulai menggeser skala prioritas mereka menjadi lebih spiritual. Kekayaan fisik itu penting tapi kekayaan yang bersifat ruhani lebih penting, karena kekayaan fisik hanya sebatas memberikan kesenangan jangka pendek semata, tapi kekayaan spiritual memberikan keduanya, yaitu kesenangan dan kebahagiaan. Ada sebuah fenomena yang menarik dari makna memberi dan menerima. Ada yang mendapat kesenangan saat menerima, dan jumlah di tipe ini mayoritas, mungkin 99%, namun hanya 1% yang mendapat kebahagiaan dan kesenangan saat ia memberi.

Memberi versi menerima adalah dua kata kerja yang secara otak kiri bersifat berlawanan, namun secara otak kanan bersifat menguatkan. Otak kiri bilang, jika kamu memberi maka hartamu pasti berkurang, karena itu jangan memberi. Namun otak kanan bilang, berbagilah dengan sesama, karena apa yang kau berikan akan Tuhan lipatgandakan di masa depan. Inilah perbedaan cara berpikir antara otak kiri (jasmaniah) dan otak kanan ( ruhaniah), mereka saling mempertentangkan arti memberi itu. Sebenarnya, cara berpikir otak kiri bersifat fisik dan meniadakan peran Tuhan. Tak heran, para atheis Tuhannya adalah uang. Mereka sangat pelit terhadap uang yang mereka miliki, hingga sangat sulit berbagi dengan sesame. Orang yang spiritualis itu sebaliknya, ia banyak memberi, mulai dari memberi uang hingga pengetahuan pada banyak orang, dan pada kenyataannya hidupnya sejahtera, penuh ketenangan dan kebahagiaan.

Tak ada yang salah dari memberi dan menerima, yang salah kalau tak mau memberi sebagian rejeki sama sekali pada sesame, padahal dalam agama kita dianjurkan untuk saling memberi untuk sesama. Memberi itu mirip kegiatan donor darah. Mereka yang mau berbagi darah pada sesame, tubuhnya akan lebih sehat dan segar. Darah yang ia berikan pada orang lain, akan diganti oleh darah baru yang lebih segar dari sistim tubuh. Bayangkan jika darah adalah uang, sementara sistim tubuh adalah semesta raya, ketika kita memberikan sebagian uang kita pada orang tak mampu dalam jumlah yang cukup banyak, maka alam semesta akan menggantikan uang yang keluar itu denga uang yang baru dalam bentuk nasib baik. Inilah intisari dari makna memberi. Alkitab dan hampir semua kita suci agama manapun menegaskan barang siapa memberi satu kebaikan maka Tuhan akan melipatgandakan menjadi 2, 10 hingga 100 kebaikan, bahkan kebagikan yang tak terhingga dari arah yang tak disangka. Bicara soal matematika manusia, otak kiri adalah raja, namun bicara matematika Sang Pencipta, otak kanan adalah rajanya. Ingat selalu, matematika manusia tak ada apa-apanya dengan matematika Tuhan, dan Tuhan Maha Kaya. Ia akan melipatgandakan kekayaan mahluknya khusus untuk mahluk yang mau berbagi dan memberi pada sesame mahluk lain. Dan ini suatu kenyataan yang tak terelakkan. Sang dermawan selalu diberi perlindungan dari kejahatan, penyakit serta dimurahkan rejekinya dari arah yang tak disangka, berkelimpahan tanpa batas.

Mari kita budayakan seni memberi pada kehidupan, karena seni ini sangat sacral dan terpuji. Orang bijak bilang “Kita hidup dari apa yang kita miliki, namun kita mendapatkan kehidupan dari apa yang kita berikan” dengan kata lain, jika kita tak mau memberi maka makna kehidupan dalam hidup ini tak akan kita dapatkan. Kita akan seperti hewan, hidup untuk makan, bukan makan untuk hidup. Dan tak ada sisi filosofis dibalik kehidupan materialistic semacam itu. Raih kehidupan yang penuh spiritualis maka kehidupan fisik akan terpenuhi dengan sendirinya. Salam edukasi.

1 komentar: